SLEMAN, penabangsa.com – Di Royal House Cultural Activity, Sleman, Yogyakarta, berlangsung dua acara besar yang mengedepankan kolaborasi lintas sektor untuk pemberdayaan kaum disabilitas. Acara ini menggabungkan Workshop Batik dan Hanenda Talkshow yang diselenggarakan oleh Royal Kinanthi Decor, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, serta Yayasan Rumah Pengembangan dan Pemberdayaan Disabilitas (YRPPD) atau Rumah Vokasi Disabilitas Hanenda. (18/09/2024).
Workshop Batik yang diadakan pada hari itu difokuskan pada teknik batik malam dingin. Ketua panitia, Siti Nurhayati, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan serupa yang sebelumnya diadakan di SLB Tunas Kasih Donoharjo. “Kali ini, kita libatkan 15 siswa SLB, 15 orang tua, dan 3 guru pendamping sebagai peserta. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih efisien dan tepat sasaran. Kami juga menghadirkan praktisi batik profesional, Walidi, yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun,” jelas Siti.
Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi transisi yang efektif bagi siswa berkebutuhan khusus dari dunia pendidikan ke dunia usaha dan industri. Siti juga menekankan pentingnya keberlanjutan program ini agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh keterampilan yang bisa digunakan dalam dunia kerja.
Di sisi lain, Hanenda Talkshow yang diadakan bersamaan dengan workshop, menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka, antara lain Nisa Fidiati, S.E., M.Si., Kabid Pelatihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sleman; Kristina Novianti, S.Sn., M.Sn., Koordinator Program Kemanusiaan ISI Surakarta; Usup, S.Pd., Kepala Sekolah SLB Tunas Kasih Donoharjo; Haryono, perwakilan Forum Orang Tua Murid SLB Tunas Kasih; serta M.H. Irawan, owner Royal Kinanthi Decor dan Royal House. Talkshow ini menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam menciptakan peluang ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas, serta memperkuat jalinan komunikasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan industri.
Nisa Fidiati dari Dinas Tenaga Kerja Sleman menyatakan, “Kami sangat mendukung kegiatan kolaboratif ini. Ke depan, pemerintah siap untuk bekerja sama dengan YRPPD guna mengembangkan program-program pelatihan yang lebih mendalam. Diskusi lebih lanjut akan kita bahas di kantor.”
Sementara itu, Kristina Novianti dari ISI Surakarta menjelaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mengedepankan proyek kemanusiaan. “Mahasiswa kami berkontribusi langsung sesuai dengan bidang keilmuan seni mereka, melatih kepekaan dan kepedulian sosial, serta mendukung pengembangan keterampilan seni pada kelompok disabilitas,” ujarnya.
Melalui sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan industri, diharapkan acara ini dapat memberikan dampak nyata bagi pemberdayaan kaum disabilitas, baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. M.H. Irawan, pemilik Royal House, merasa bangga dengan kesuksesan acara ini. “Melihat antusiasme orang tua dan anak-anak dalam mengikuti kegiatan ini sangat mengharukan. Kami berharap kolaborasi ini dapat terus berjalan di masa depan,” ungkapnya.
Acara ini menegaskan pentingnya inklusi dan akses yang setara bagi penyandang disabilitas, terutama dalam hal pelatihan dan kesempatan kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, hak-hak disabilitas dalam ketenagakerjaan harus dijamin oleh negara, dan kegiatan ini merupakan wujud implementasi dari amanat undang-undang tersebut.