BOGOR l – penabangsa.com – Alat musik tradisional, seperti angklung, gendang, gong, gamelan, tersusun rapih ditempat yang telah disediakan, di Villa Putih Rumah Budaya Ramah Anak, Megamendung, Puncak – Bogor.
Pemilik tempat tersebut adalah Halimah, perempuan kelahiran Cirebon 18-01-1964, yang sangat mencintai seni budaya Indonesia, dan sekaligus sebagai penggerak dari seni budaya itu sendiri.
Di Villa Putih milik Halimah, berbagai sertifikat penghargaan menempel di dinding ruangan. Semua terkait tentang seni dan budaya.
“Dengan seni budaya, saya ingin mengedukasi generasi penerus bangsa,” jelas Halimah, yang menjadikan Villanya sebagai Rumah Budaya Ramah Anak.
Menelisik perjalan hidup Halimah, pada usia 3 tahun orang tua Halimah hijrah ke Jakarta, lalu Halimah pun akhirnya besar dan beranak pinak di Jakarta.
Halimah bersuamikan Munawir Anwar, yang kini telah memiliki 3 anak dari perkawinannya.
Setelah yang sulung menyelesaikan S2 Fisip Universitas Indonesia dan putri keduanya S2 Project Management Curtin University Singapore. Sementara putra ketiga masih kuliah di ITS, Surabaya.
Melalui Rumah Budaya Ramah Anak yang diprakarsainya, Halimah berharap hal itu mampu mengedukasi masyarakat untuk cinta budaya.
“Identitas bangsa adalah budaya, karena itulah saya sangat konsen di ranah ini,” kata pengusaha yang juga penulis ini, minggu (5/5/19).
Bagi Halimah, menulis adalah sebuah kebiasaan sejak SMA yang dilakukan olehnya setelah melakukan ritual ibadah Tahajut di seperempat malam.
“Kesunyian perempat malam bagi saya penuh inspirasi untuk berkreasi bukan untuk bermimpi,” jelas Halimah.
Lebih jauh Halimah mengungkapkan, sejak kuliah ia sudah aktif sebagai jurnalis di Spionita, Caraka, dan terakhir di Harian Indonesia sampai tahun 2002.
Sementara sebagai pengusaha Halimah adalah direktur PT. DRAP dan Aktif di di bidang sosial , Organisasi IWAPI dan KOWAPI.
Selama kiprahnya, Halimah pernah mendapat peghargaan Leadership Award tahun 2005 dan Best Inspiration Women of The Year 2017.
Kidung Volendam (2017) Dan bersama Kelompok Study Proklamasi kala study di Filsafat Driyarkara (1984-1988 ) turut dalam buku tentang agama dan kekerasan serta masalah-masalah pembangunan.
“Sebagai pelaku seni budaya, saya benar-benar ingin konsen disana. Rumah Budaya Ramah Anak inilah salah satu wadah untuk idealisme saya,” ungkap pemilik brand batik Floklore yang karyanya pernah mendapat penghargaan dari Moscow ini.(Agus B)