RSUI Ajak Masyarakat Bergerak Bersama Agar Otak dan Jantung Sehat

DEPOK, penabangsa.com – Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berkolaborasi bersama Departemen Neurologi FKUI dan Perhimpunan Dokter Neurologi (PERDOSNI) Depok dan Jakarta menggelar kegiatan bertajuk “Bergerak Bersama untuk Otak dan Jantung yang Sehat” diselenggarakan sebagai bentuk peringatan Hari Strok Sedunia, Hari Jantung Sedunia, serta Hari Dokter Nasional 2024.

Acara ini diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan otak dan jantung serta pencegahan penyakit termasuk strok. Diikuti oleh lebih 1.200 peserta dari berbagai komunitas, diantaranya Yayasan Jantung Indonesia, Persatuan Diabetes Indonesia, Komunitas Sekolah Lansia, dan Komunitas Alzheimer Depok termasuk masyarakat umum.

Bacaan Lainnya

Direktur Utama RSUI, Dr. dr. Astuti Giantini, Sp. PK (K), MPH menyampaikan bahwa
inisiatif ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi peserta untuk lebih peduli terhadap kesehatan otak dan jantung.

“Meskipun usia tidak lagi muda, kita tidak boleh malas begerak. Menurut studi orang yang tidak menjalani gaya hidup sehat dan tidak aktif bergerak memiliki risiko menderita penyakit jantung hampir dua kali lebih tinggi daripada orang yang aktif bergerak. Kemudian pada kegiatan ini kita juga memberikan pin kulkas kepada peserta, pin tersebut berupa informasi nomor telepon RSUI yang bisa dihubungi apabila ada keluarga yang mengalami strok agar segera datang ke layanan kesehatan dan mendapatkan penangan segera” tuturnya dalam sambutan.

Kegiatan ini menghadirkan serangkaian aktivitas yang meliputi pemeriksaan kesehatan gratis (skrining jantung dan pemeriksaan fungsi luhur), aktivitas fisik diantaranya senam dan jalan sehat, serta talkshow kesehatan kesehatan diisi oleh Dokter Spesialis Jantung RSUI, dr. Bhayu Hanggadhi Nugroho, Sp.JP, FIHA dan Dokter Spesialis Saraf RSUI, dr. David Pangeran, Sp.N.

Narasumber pertama dr. Bhayu Hanggadhi Nugroho, Sp.JP, FIHA menyampaikan penyakit jantung adalah gangguan pada pembuluh darah, katup dan otot di jantung disebabkan karena adanya sumbatan, infeksi dan kelainan listrik jantung.

Berdasarkan data penyebab kematian nomor satu di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner yaitu gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah.
“Ada faktor risiko yang dapat memicu penyakit jantung dan pembuluh darah, pertama kita harus mengenali kondisi tubuh kita, jika memiliki tekanan darah tinggi, gula darah dan kolesterol tinggi, itu merupakan faktor risiko yang bisa menimbulkan penyakit jantung di 5 – 10 tahun ke depan,”

“Faktor keturunan dan usia juga berpengaruh, semakin tua semakin tinggi
risikonya. Namun bukan berarti usia mudah membuat kita lalai, sedari dini kita harus sudah malakukan gaya hidup sehat dan tidak merokok” ujarnya.

Skrining awal yang dapat dilakukan adalah dengan cek kesehatan berkala. Tekanan darah normal dibawah 140/90 mmHg, menjaga berat badan ideal, lingkar perut pada laki-laki di bawah 90 cm, sedangkan perempuan di bawah 80 cm, gula darah dan kolestrol terjaga. Kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih kompleks di rumah sakit misalnya EKG dan treadmill.

Cara mengelolanya harus disertai dengan niat serius merubah gaya hidup sehat. Terdapat istilah dinamakan CERDIK yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah. Cek kesehatan rutin dan konsultasikan ke dokter, Enyakhan asap rokok, Rajin melakukan aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

“Agar kita tercegah dari penyakit jantung dan pembuluh darah salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah aktivitas fisik minimal 30 menit sehari atau minimal 3–5 kali per minggu, misalnya jalan santai atau jalan cepat, senam jantung. Kegiatan ini dapat meningkatkan denyut jantung dan jumlah oksigen yang masuk ke dalam darah, sehingga memperlancar sirkulasi darah dan mengurangi risiko penyumbatan pada pembuluh darah jantung” tambahnya.

Bagi penderita penyakit jantung apakah bisa dinyatakan semubuh? Dokter Bhayu menyampaikan tidak bisa dikatakan sembuh, namun terkontrol atau stabil. Cara menjaganya lagi-lagi pola hidup sehat dan minum obat teratur sesuai intruksi dokter dan rutin periksa ke layanan kesehatan.

Narasumber kedua dr. David Pangeran, Sp.N menyampaikan strok merupakan masalah di pembuluh darah otak, saraf tulang belakang, dan/atau saraf mata yang terjadi secara mendadak. Strok bisa dikenali dengan kata kunci “mendadak” muncul gejala, seperti mendadak sakit kepala, mendadak kejang, mendadak mulut mencong, rabun mata/ pandangan kabur.

“Jika sudah terjadi hal tersebut langsung segera di bawa ke rumah sakit agar ditangani dengan cepat dan tepat karena pemulihan saraf otak batasannya 6 jam, jika sudah lewat dari 6 jam maka sulit memperbaikinya. Walaupun gejalanya dadakan, namun sebenarnya pemicunya sudah terjadi lama akibat adanya kerusakan/ gangguan di pembuluh darah misalnya akibat dari tekanan darah tinggi, kurang aktivitas fisik, pola hidup tidak sehat seperti merokok atau menghirup asapnya, ini bisa membuat pembuluh darah pelan-pelan terganggung” ungkapnya.

Strok menyebabkan kecacatan sehingga penderitanya akan ketergantungan pada orang lain yang bisa berdampak juga pada penurunan produktivitas dan depresi pada pasien/keluarga, kemudian meningkatkan risiko infeksi dan luka akibat tekanan tubuh dan berisiko pada kematian.

“Dampak pada strok ini berkepanjangan, maka saya sangat menekankan kepada masyarakat untuk menghindari strok dengan menjaga pola hidup yang sehat, terlebih pada usia 40 tahun ke atas harus rajin-rajin cek kesehatan dan bergerak lakukan aktivitas fisik seperti jalan sehat
ini bagus untuk jantung dan otak” jelasnya,

Catatan sebelum mengakhir sesi, dr. David menyampaikan pembuluh darah juga berisiko pecah akibat konsumsi obat tidak teratur. Masyarakat yang memiliki tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, biasanya dokter akan memberi obat.

Namun yang jarang diketahui, banyak masyarakat
mengira jika keluhan sudah hilang atau normal, obat tersebut tidak dikonsumsi kembali, kemudian jika timbul keluhan obat akan dikonsumsi kembali, ini adalah hal yang salah.

Pos terkait